Migrasi dari Aplikasi Monolith ke Microservices

Saat ini, banyak perusahaan IT melihat keuntungan dari arsitektur microservices dan mempertimbangkan untuk berpindah dari aplikasi monolith. Akan tetapi, migrasi ke microservices bukanlah tugas yang mudah dan membutuhkan perencanaan serta strategi yang matang. Dalam blogpost ini, kita akan membahas langkah-langkah utama dalam proses migrasi dari aplikasi monolith ke microservices.

Step 1: Identifikasi Layanan:

Pertama, identifikasi fungsi atau modul di dalam aplikasi monolith Anda yang dapat beroperasi secara independen. Ini akan menjadi layanan individu dalam arsitektur microservices. Pemisahan ini biasanya didasarkan pada batasan bisnis atau domain. Berikut adalah beberapa metode dan strategi yang dapat digunakan untuk mendekomposisi aplikasi Anda:

  1. Dekomposisi Berdasarkan Domain Bisnis. Metode ini mengacu pada Domain-driven Design (DDD), sebuah pendekatan dalam pengembangan perangkat lunak yang memprioritaskan struktur dan bahasa sistem yang diberikan berdasarkan domain bisnis yang mendasarinya. Anda perlu memahami domain bisnis Anda dan mengidentifikasi subdomain yang berbeda yang dapat berfungsi sebagai layanan independen.
  2. Dekomposisi Berdasarkan Fungsi. Identifikasi fungsi atau fitur utama dalam aplikasi Anda dan pikirkan apakah mereka bisa beroperasi secara independen. Misalnya, dalam aplikasi e-commerce, Anda mungkin memiliki fitur seperti Manajemen Produk, Manajemen Pesanan, Pembayaran, dan Pengiriman. Setiap fitur ini bisa menjadi layanan independen dalam arsitektur microservices.
  3. Dekomposisi Berdasarkan Prinsip Single Responsibility. Prinsip ini berpendapat bahwa setiap layanan harus memiliki tanggung jawab tunggal dan hanya memiliki satu alasan untuk berubah. Layanan semacam itu adalah kandidat yang baik untuk microservices.
  4. Dekomposisi Berdasarkan Volatilitas Operasional. Jika ada bagian dalam sistem Anda yang sering mengalami perubahan atau harus diperbarui, bagian tersebut adalah kandidat yang baik untuk menjadi microservice. Dengan memisahkannya menjadi layanan tersendiri, Anda bisa melakukan perubahan dan peningkatan tanpa mengganggu keseluruhan sistem.

Step 2: Definisi Interface Layanan:

Setelah Anda mengidentifikasi layanan yang akan dibentuk, langkah berikutnya adalah mendefinisikan bagaimana layanan tersebut akan berinteraksi satu sama lain. Antarmuka layanan ini, juga dikenal sebagai API (Application Programming Interface), adalah titik di mana layanan ini dapat berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain.

Berikut beberapa aspek penting dalam mendefinisikan antarmuka layanan:

  1. Memilih Protokol Komunikasi. Anda perlu memilih protokol komunikasi yang akan digunakan oleh layanan Anda. Dalam arsitektur microservices, dua pilihan populer adalah HTTP/REST dan gRPC.
  2. Mendefinisikan Kontrak API. Kontrak API adalah kumpulan aturan yang menentukan bagaimana layanan berkomunikasi satu sama lain. Kontrak ini mencakup detail seperti endpoint URI, metode HTTP, format permintaan dan respons, serta kode status.
  3. Implementasi API. Setelah kontrak API didefinisikan, Anda perlu mengimplementasikannya pada layanan Anda. Ini melibatkan pengkodean endpoint API dan fungsi yang sesuai dalam kode layanan Anda.
  4. Testing. Pastikan untuk melakukan testing yang ekstensif pada interface service Anda. Ini termasuk unit testing, integration testing, dan load testing untuk memastikan bahwa interface service dapat menangani load dan situasi yang diharapkan dalam operasi sehari-hari.

Step 3: Memecah Aplikasi Monolith:

Langkah ketiga ini adalah proses yang paling krusial dalam migrasi dari aplikasi monolith ke microservices: memecahkan aplikasi monolith menjadi layanan-layanan yang telah Anda identifikasi sebelumnya. Ini merupakan proses yang harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap.

Pendekatan yang umum digunakan dalam proses ini adalah metode ‘strangler’ atau metode pembunuhan bertahap. Ide dasarnya adalah dengan memperkenalkan fungsi-fungsi baru sebagai microservices dan secara bertahap mengurangi dependensi pada aplikasi monolith sampai akhirnya aplikasi tersebut bisa dihapus.

Step 4: Implementasi Layanan Infrastruktur:

Setelah Anda berhasil memecah aplikasi monolith menjadi beberapa layanan, selanjutnya Anda perlu membangun dan mengatur infrastruktur yang mendukung operasional dari microservices tersebut. Infrastruktur ini mencakup fungsi-fungsi penting seperti service discovery, load balancing, dan failure handling. Dalam konteks AWS, berikut adalah beberapa layanan yang bisa Anda gunakan:

  1. AWS Elastic Container Service (ECS) atau AWS EKS (Elastic Kubernetes Service): AWS ECS dan EKS adalah layanan yang memungkinkan Anda untuk menjalankan aplikasi berbasis kontainer. Mereka membantu mengelola, men-deploy, dan memantau layanan microservices Anda. AWS EKS adalah pilihan yang baik jika Anda ingin menggunakan Kubernetes sebagai orkestrator kontainer Anda.
  2. AWS Lambda: Jika microservices Anda tidak memerlukan server yang selalu aktif, Anda bisa mempertimbangkan untuk menggunakan AWS Lambda, sebuah layanan yang memungkinkan Anda menjalankan kode tanpa perlu mengelola server.
  3. Amazon API Gateway: Amazon API Gateway adalah layanan yang memungkinkan Anda membuat, menerbitkan, memelihara, memantau, dan mengamankan API pada skala apa pun. Ini memberikan antarmuka yang mudah digunakan untuk menghubungkan aplikasi dengan layanan backend seperti AWS Lambda, AWS ECS, atau AWS EKS.

Step 5: Orkestrasi dan Deployment:

Langkah kelima dalam migrasi ke arsitektur microservices berkaitan dengan orkestrasi dan deployment layanan. Mengingat kini Anda memiliki banyak layanan yang berjalan secara independen, penting untuk memiliki mekanisme yang efisien untuk mengelola dan menerapkan layanan tersebut.

Orkestrasi berfokus pada bagaimana mengkoordinasikan dan mengelola layanan yang berjalan. Ini termasuk penjadwalan layanan, memastikan layanan berjalan dengan keadaan yang diinginkan, serta menangani recovery dari failure.

Migrasi dari aplikasi monolith ke microservices bukanlah perjalanan yang mudah. Namun, dengan perencanaan dan eksekusi yang tepat, migrasi ini dapat memberikan manfaat yang signifikan, termasuk skalabilitas, ketahanan, dan kemudahan pemeliharaan. Mudah-mudahan, panduan ini dapat membantu Anda dalam perjalanan migrasi Anda. Selamat mencoba!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *